Dayak 4D.Com

Dayak 4D.Com

%PDF-1.3 %âãÏÓ 1089 0 obj << /Linearized 1 /O 1092 /H [ 987 3118 ] /L 1934817 /E 118516 /N 317 /T 1912917 >> endobj xref 1089 18 0000000016 00000 n 0000000734 00000 n 0000000835 00000 n 0000004105 00000 n 0000004283 00000 n 0000004492 00000 n 0000004728 00000 n 0000005033 00000 n 0000005303 00000 n 0000005346 00000 n 0000005405 00000 n 0000005498 00000 n 0000012154 00000 n 0000012249 00000 n 0000013158 00000 n 0000015838 00000 n 0000000987 00000 n 0000004081 00000 n trailer << /Size 1107 /Info 1088 0 R /Encrypt 1091 0 R /Root 1090 0 R /Prev 1912905 /ID[<540cfd1573b3cf3a659253d2c755a54f>] >> startxref 0 %%EOF 1090 0 obj << /Metadata 1087 0 R /Pages 1050 0 R /Type /Catalog /PageLabels 1048 0 R >> endobj 1091 0 obj << /Filter /Standard /R 2 /O ( UÇVÇ.×`Ž�–¬­DzÓ-Ïõƒ#_mÑ_í}«g) /U (†—ª2]ù8–[R‘c6yï†ÛŸ‹Œ”ž” ”Çp¨`) /P -4 /V 1 /Length 40 >> endobj 1105 0 obj << /S 6499 /L 6657 /Filter /FlateDecode /Length 1106 0 R >> stream &¤êÁ’�?z²�9Ÿ‡hpXÖðÌn�ê4½7ÀÙgݘA´Ôë³Tê�Îh×bú=-»0ÞÃD–VD8£ç�6DÐÕ.œà”�"-±_Á�Ô T š”eõ8j8úTÙ† ®¸ãú§ùËù`Û÷>c“É|ÖÈ:ÓÔ™äZ >íµ�…lWäÄÿí”tÒeíN|ý¼e™`øJGÀbkOÔ5înK>é�Bˆ?0øëå(ðZZÿÁ}%ifÚ,³—¦Æ€|ìâ_gÞD[àÐá 0Ují+�ðÇSÍõÛdÌ(*ÓUyÝ¥ó€‹S÷:¥‹ _¨0{±Ï¹œóÜMM¤¤Qçç\dë\Ij%•éÎþ„1¤ìÉ–H*¹ƒÖ�J8ø/ª¹N©æÞƒ$4?ÐϺŸHyh“ TßÛ‹Äe &_¾ À5V¼ü Cºøu+þçžèCy/k–½#5˜ ÆЬsü`Àzò[QŽ A_êØc)BÜ�4V–/tk¥¡~Žl=(;~Ù)ªIKÃé|=»*[‰nõDSuÛ®–±#Ž‡BZmAâ…½ˆë\(Ž¸ÌW ½™…]Vç—T_€0Þ±]…û_]Akг؊`Ã2çr¾ð?mˆÉ"Á�–2çZ�z$¶D@ÎØã3õmY8þÛTØ­ 'sü2»-¡Ö 9í�èUqG»IÓ"¬\q-,¾áœ®è}Šýz�ÈX¼—Èëx�!¸nµV»a€”v¦êžÿÏT8¥;ý¥Ý»dóC6àٜ֒˿úÄow¿¢Ã±û°±÷ ,tŒà<Öª�½8›.#ðB€“âª<¤•Ù'V$Ÿè¤gƒ”)P8Ÿàüg.§d‹ÿœí1¤4ÐÃíìýé\pqx²[75üˆyµ—öÉl¾ÄÊBu‘@-B\í9¥Ù£™\Ú–pÃÝúÆ^\ºÝ|@ÐÑÎéq"yÁ3u¡Fv¹mo*§îfÆbɱ0h^kèÚd ¶êèšO¸’ÅÉÑÀ² «#諽öjÊqÖ� ¸Ú\ ]‚J€¼á|›coû-�Öõ8ög$èòLéïÉu¤á©¼Taó†» «åË[}Ò™‚‰Ú�¡ý |,ô‘Èî�ôiJ Kã:H ygÊuRã Y# ‰ýy_;¤>ëÇú!8[À­Å&•’ªædS€6'ÕÑ�±Œ}þ6 /Wó obh€=»ŽÉî|1)¡¯A]Ürúê\Hò2Ü9¶‚ò–⢜WbYöàˆ”ŠmáŒV+Ö¶)�*èƒnn“”š{±{½j¥B§›Ã9 ðÞQ!àÈvE<£ÕTæ˭̧jÔ *J$üy ’Ù”e^JÅY±*$; ýëö“�Iç”^K1lF†+_ev• 2yEwüÞ Éj¼“àƒl£By›©fšÄ\üüä÷+òkmN#ƒ¢OFI_2uÁ·¿©©æ4•�0%ç|ü[®º¢G�Û�2jfd•è±}Ñõ¹®~—M:§=EÝŸÏ÷ya†\ÐF\×NÞ^ÿ�^œWüo g~‹ÚÆ®7VªÔ” \¾<€q´ØLz¥èÞ6|¹zdÕ™“=¶ÊC{ËG¥MäX¢Å9)bäêJÿVzùj<Ôþà�#Õ ›±ÀsŽùåœ÷ðÖ¶…·Œå .´ø°–8Õ­CÏUço‹Z>Ñ"o ”5ˆSë·\’ \Æø3ÂP8uŒ *.sõúAQjI _=b³¼=ÌÖ FœWŸ“RÅÝâˆO@P»ûŠ òͱ ÁÅKN9C1ç,šÀ'¶‹åïõ‘ñÓM5t¸ñk8å:ÑÇ}Xx¼ø:kq‘1 þ´T±@ïP°ÕA÷¿Rd¹¬ÜÏǽ}å@uÿA]ø�°…iBC”ÔòZæ*µZVhD\ ‘ˆkÝß»Àž ÄÊ¥X5,2ÿ™ e°ñdŽnÔ�N(ô"g}ô�™=CÑÂHŸh ƒ*pb¢ Òçà„33&R3ˆèg'¶¾r2«áò¯ç­õIJ×ÆçîHåní”�/ÎJË[j·Ÿ(<¨ÿÖªs}çpä7¸ýCÀ©OR¬8'ª?³Xcmùí+wp&OX�¢Î:>¦èÓ}6‰½šì<’faæó‘amƒÓ$�Oµ%6(¸ðØ`U!+ßQº cö–žÿË·™¦x)8›{ŸËì{~½×¯%ò"…uúúK ô5Jð^ çÛ)IÔ@1t®Š}Àçû˜ 1;hjODøAÓ‰«ê–ã'> ”ÅMÚBÍñ=ºµ):4�v‡‹¸ùh%É4q<�4Óóèä5q�ó.å:Ä™þ!GåæˆÂë‚a®´Ù,_#g„i@ø6î7‚ˆÑ:ê™'RS=éã‡ÍVRL­¥„«â±Ú›Mi}›†+ÌjÁdî¬C%ª3‘ª©Üýÿq—ù©>àk*S4œ

Abdul, Chaer. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Ali, Muhammad. 2011. Memahami Riset Prilaku dan Sosial. Bandung:CV.Pustaka Cendekia Utama.

Arbianto, Purwo. 1994. Konsep-konsep Dasar. Jakarta: Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

Aristo, Rahadi. 2003, Media Pembelajaran. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Anderson, J R. 1971. Land Use Klasifikastion Scheme. Photogrametric Engineering.

Austin, J.L. 1975. How to Do Things with Words. London: Oxford University Press.

Hasan, Iqbal, 2009. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.

Hendriyanto, Agoes, dkk. 2020. Pragmatik: Teori dan Praktik. Lintas Nalar.

Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Levinson, S. C. 1983. Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press.

Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penlitian Kualitatif: Edisi Revisi . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhammad. 2011.Metode Penelitian Bahasa. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Nababan. P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Nadar, FX. 2009. Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Misnawati, M. (2022). Teori Ekopuitika untuk Penelitian Sastra Lisan. Drestanta Pelita Indonesia Press.

Misnawati, M., Poerwadi, P., Nurachmana, A., Veniaty, S., Lestariningtyas, S. R., Christy, N. A., ... & Rahmawati, S. (2022). The Ekopuitika Theory. International Journal of Education and Literature, 1(1), 54-62.

Nahak, T. C. (2023, May). Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Inggris Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Team Game Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Malaka Barat Tahun Pelajaran 2022/2023. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN, BAHASA, SASTRA, SENI, DAN BUDAYA (Vol. 2, No. 1, pp. 204-214).

Nadiroh, S., Rini, I. P., Pratiwi, D. E., & Istianah, I. (2022, May). Tindak Tutur Ilokusi pada Film Tak Kemal Maka Tak Sayang Karya Fajar Bustomi. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN, BAHASA, SASTRA, SENI, DAN BUDAYA (Vol. 1, No. 1, pp. 192-208).

Pangaribuan, Tagor. 2008. Paradigma Bahasa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Paina. 2009. Tindak Tutur Komisif Bahasa Jawa. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Poerwadi, P., & Misnawati, M. P. Deder dan Identitas Kultural Masyarakat Dayak Ngaju. GUEPEDIA.

Poerwadi, P., Misnawati, M., & Sari, F. M. (2023). Literary Phenomenology in Ngaju Dayak Folklore. Journal of World Science, 2(2), 261-277.

Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Rohmadi, Muhammad. 2010. Analisis Wacana Pragmatik. Surakarta: Yuma Pustaka.

Sitorus, G. P., Poerwadi, P., Asi, Y. E., Misnawati, M., & Christy, N. A. (2023, April). Bentuk Dan Fungsi Deiksis Dalam Novel Edensor Karya Andrea Hirata Serta Implikasinya Terhadap Pembelajaran Novel di SMA. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN, BAHASA, SASTRA, SENI, DAN BUDAYA (Vol. 2, No. 1, pp. 01-14).

Santoso, Priyo Budi. 1993. Birokrasi Pemerintah Orde Baru: perspektif cultural dan struktural. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Searle, John. R. 1979. Speech Acts An Essay in The Philosophy of Language. Oxford: Basil Blacwell.

Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS.

Tarigan , Henry G. 1986 Menulis Sebagai Suatu Keterapilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

. 2015. Pengajaran Pragmatik. Bandung: CV Angkasa.

Usop, L. S., Perdana, I., Poerwadi, P., Diman, P., & Linarto, L. (2021). Campur Kode Dalam Iklan Penawaran Barang di Forum Jual Beli Online Facebook Kota Palangka Raya (Kajian Sosiolinguistik). ENGGANG: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya, 2(2), 18-31.

Wiyanto, M. S., Misnawati, M., & Dwiyanti, D. R. (2022). Penerapan Strategi Penolakan dalam Komunikasi Pembelajaran Bahasa Inggris antara Guru dan Siswa di SMK PGRI 1 Jombang. EDUKATIF: JURNAL ILMU PENDIDIKAN, 4(2), 3076-3084.

Yule, George. 2014. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Wikipedia, 2022, Suku Dayak Maanyan, 4 Januari 2023.

Wikipedia, 2017, Orang Dayak Maanyan Paju Epat, 24 Oktober 2022.

Jakarta, InfoPublik - Pernah mendengar burung enggang? Burung enggang atau biasa disebut juga burung rangkong terdiri dari 57 spesies. Dari 57 spesies ini 14 spesies terdapat di Indonesia dan bisa ditemui di Pulau Kalimantan.

Cerita dan mitos tentang burung enggang berbeda di setiap daerah. Namun bagi Suku Dayak Kalimantan, burung ini merupakan burung keramat.

Salah satu kisah menyebut, burung enggang merupakan jelmaan dari Panglima Burung.

Panglima Burung adalah sosok yang tinggal di gunung pedalaman Kalimantan dan berwujud gaib. Ia hanya hadir saat perang. Mengutip situs kalteng.go.id, pada umumnya burung ini dianggap sakral dan tidak diperbolehkan untuk diburu apalagi dimakan.

Nama Panglima Burung mencuat saat tragedi konflik di Sampit dan Sambas, Kalimantan, pada 2001 silam. Panglima Burung diyakini menyatukan Suku Dayak se-Kalimantan dan memberinya kekuatan.

Dalam kondisi tertentu, warga Dayak menggelar ritual tari perang untuk memanggil Panglima Burung. Sosok panglima memang diyakini sakti dan memberi kekuatan.

Cerita terkait yang sangat terkenal adalah tentang mandau terbang atau mandau yang bergerak sendiri mengincar lawan. Mandau adalah pedang khas Kalimantan. Panglima Burung dipercaya sebagai yang menggerakkan mandau terbang.

Sebenarnya burung enggang sendiri bermakna sebagai satu tanda kedekatan masyarakat Indonesia dengan alam sekitarnya. Seluruh bagian tubuh burung enggang digunakan sebagai simbol kebesaran dan kemuliaan suku Dayak. Burung ini juga melambangkan perdamaian dan persatuan.

Sayapnya yang tebal melambangkan pemimpin yang selalu melindungi rakyatnya. Sedangkan ekor panjangnya dianggap sebagai tanda kemakmuran rakyat suku Dayak.

Suaranya yang keras melengking, menjadi lambang ketegasan, keberanian, dan budi luhur. Perilakunya yang selalu hinggap di pohon tinggi diartikan sebagai sifat luhur dan jiwa kepemimpinan.

Burung enggang juga dijadikan sebagai contoh kehidupan keluarga di masyarakat agar senantiasa dapat selalu mencintai dan mengasihi pasangan hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang anak yang mandiri dan dewasa.

“Dalam masyarakat Dayak secara umum, burung—termasuk enggang—berkaitan dengan penciptaan manusia. Ia sarat nilai sakral dan spiritual. Jadi, bagi kami, mereka wajib dilindungi,” kata Direktur Eksekutif Institut Dayakologi Krissusandi Gunui.

Salah satu jenis burung ini adalah enggang gading. Spesies ini berukuran besar, baik kepala, paruh dan tanduknya yang menutupi dahinya.

Enggang gading memiliki paruh dan mahkota berwarna putih. Warna putih itu akan berubah menjadi oranye dan merah seiring waktu.

Perubahan itu terjadi karena enggang menggesek paruh ke kelenjar sehingga menghasilkan perubahan warna.

Daun ara merupakan makanan favorit burung ini. Ia juga suka menyantap serangga, tikus, kadal dan burung kecil lainnya.

Suku Dayak merupakan salah satu suku tertua di Nusantara. Warga suku Dayak sendiri saat ini sudah banyak menyebar ke berbagai daerah.

Suku Dayak terbagi dalam enam rumpun besar, yakni Apokayan (Kenyah-Kayan-Bahau), Ot Danum-Ngaju, Iban, Murut, Klemantan, dan Punan. Keenam rumpun itu terbagi lagi dalam kurang lebih 405 sub-etnis.

Rumpun Dayak Punan merupakan suku Dayak yang paling tua mendiami Pulau Kalimantan, sementara rumpun Dayak yang lain merupakan rumpun hasil asimilasi antara Dayak Punan dan kelompok Proto Melayu, moyang Dayak yang berasal dari Yunnan.

Meski terbagi dalam ratusan sub-etnis, semua etnis Dayak memiliki kesamaan ciri-ciri budaya. Ciri-ciri tersebut adalah rumah panjang, hasil budaya material seperti tembikar, mandau, sumpit, beliong (kampak Dayak), pandangan terhadap alam, mata pencaharian (sistem perladangan), dan seni tari.

Suku Dayak menggenggam nilai dan tradisi nenek moyang. Dari sisi lain, suku Dayak juga identik dengan hal-hal yang beraroma dunia gaib, salah satunya kepercayaan akan sosok Panglima Burung.

(Burung rangkong. Foto: tangkapan instagram @rangkongid.)

Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber infopublik.id

Loading chords sheet for KEMABUK TUAK ▪︎ PELA Gadis Dayak ( cover ) Cipt. Ade Jak ▪︎ Lagu Dayak ...

Anda mungkin ingin melihat